twitter


Hi...!!! here by a good reads dari mba Yulyani Dewi...
one of my inspiration...please enjoyed it:)
9 Januari 2009

Ketika berada dalam dunia kerja, maka seorang perempuan, dituntut
mengikuti ritme, tak pandang bulu. Karena ketika memasuki dunia kerja,
maka perempuan kdang harus mencabut atribut sebagai seorang perempuan,
ibu, dan juga istri.

Perempuan harus tampil mandiri, smart, dan profesional tentunya,
terlepas dari kemampuan dan juga dedikasi. Perempuan harus bersaing
dengan laki-laki, yang di dalam benaknya berkata "hai, teman tidur,
kemana aja loe, minggir sana, ini dunia kita", atau "makhluk
apaan neh, masuk wilayah kita". Atau jika kita berada di dunia
laki-laki mereka akan menjerit, " stop jangan berada disini, ah,
mengganggu saja".

Sekalipun kita bersahabat dengan mereka, maka mereka sudah memberi
warning "I do to be your friend or best friend, but don't put my
opportunity ya!, or stay there don't move anything, here !".

Laki-lakipun dalam dunianya, enggan di saingi dan enggan di samai oleh
seorang wanita, seorang laki-laki yang memiliki posisi karier di bawah
wanita, sering kali di pandang kalah. Sekalipun persaingan adalah
berdasarkan kemampuan, capability, dan juga kinerja, tapi tetap saja
jika tersaingi perempuan, laki-laki akan segera mengeram, mengeluarkan
taring, yang kadang-kadang tak masuk akal "Awas, ya kutunggu engkau
di tikungan". Wanita dalam dunia kerja tetap terbelenggu oleh norma
dan adat istiadat, bahwa masih ada bagian perempuan dan bagian
laki-laki. Walaupun perempuan secerdas apapun, mereka memiliki pesaing
tangguh yang siap menelikung, bagaimanapun caranya. Sayangnya Ilmu
perempuan tentang kelicikan hanya berada di tengkuk bukan jiwanya .
Perempuan di ruang kerja dan praktek perselingkuhan/ korupsi/kolusi/ dan
nepotisme, sangat jauh statistiknya dibandingkan laki-laki.

Laki-laki berlari terlalu kencang untuk hal-hal demikian, perempuan
cenderung di remehkan dalam hal politik ini. Untuk itu perempuan pekerja
cenderung loyal, tidak "neko-neko", berfikir fokus yang kadang hanya,
bekerja cepat, sebaik mungkin, segera pulang, bertemu anak, dan memasak
keesokan harinya. Untuk itu saya pernah mendengar dan membaca sebuah
survey yang mengatakan sebuah perusahan di China dan India lebih senang
mempekerjakan perempuan karena loyalitas, dedikasi, dan juga kinerjanya
yang terukur, serta patuh dan tak banyak menuntut. Kenapa?

Karena pendidikan dalam masyarakat, tradisi, dan adat yang membuat
perempuan menjadi demikian.

Namun hingga sekarang perempuan bekerja masih merupakan momok untuk
sebagian laki-laki, masih banyak yang pelit memberikan ijin, karena
laki-laki takut tersaingi. Coba lihat berapa hasil survey pengangguran
perempuan di banding laki-laki?. Jika sudah begini beberapa kali semua
menanyakan "Kenapa harus perempuan?". Karena perempuan jauh
lebih fokus di banding laki-laki, perjuangan perempuan memperebutkan apa
yang di inginkannya lebih berat ketimbang laki-laki. Dalam lingkungan
masyarakat laki-laki cenderung di manja fasilitas. Lihat saja beberapa
diskotik (pelecehan wanita) hanya ada ladies night (gratis masuk dan
minuman khusus perempuan), tidak ada khan khusus man's night kecuali
moment sangat tertentu. Tandanya perempuan untuk menjadi terhormat
harus melampaui fase sedemikian berat, yaitu merubah image.

Pun dalam dunia kerja, kerasnya yang biasa kurasakan, tak pernah
kukeluhkan, dan kadang membingungkan karena aku selalu berada di tengah
antara ada dan tiada. Menghadapi berbagai hal yang berhubungan dengan
presepsi orang lain, selain teman sejawat, juga boss atau pimpinan
tempat kita bekerja. Dan tak jarang wanita bekerja hanya dianggap
sebagai PELENGKAP PENDERITA (kata guru ngaji saya namanya "Qurotun
Ainun/ penyejuk mata").

"Aih…aih.. enak saja!".

Perempuan juga banyak yang sarjana, perempuan ternyata juga mampu
menjadi Presiden yang tangguh lo!, dan coba hitung berapa sarjana
perempuan yang lulus cummulude dibanding sarjana laki-laki. Tandanya
dari waktu ke waktu kemampuan bersaing perempuan dengan laki-laki
semakin bertambah.

Life cycle membuktikan bahwa perempuan yang tak mau kalah dengan
laki-laki banyak menjadi tokoh dunia seperti Indira Ghandi, Benazir
Bhutto, yang tak tanggung-tanggung memimpin Negara dengan segudang
masalah yang sangat kompleks baik di bidang ekonomi, budaya, dan juga
masyarakat yang dikuasai oleh laki-lai serta tradisi dan kemiskinan
tentunya. Tak jarang pengorbanan wanita tersebut meregang nyawanya.

Kenapa wanita yang kuat mampu mencapai posisi puncak?

Karena perempuan terbiasa dihina, dicemooh, dilecehkan ,dan itu tadi
sering kali dianggap sebagai pelengkap penderita, hinggá, membuat
perempuan berjuang melebihi kapasitasnya dan juga kadang melebihi
kapasitas laki-laki hanya untuk diakui dan dihargai. Kesuksesan wanita
dalam dunia kerja tak terlepas dari jirih payah over than 100%, kerja
keras yang tak kenal menyerah. Mereka relatif kuat melalui
pembuktian-pempukti an yang nyata.

Tapi yang aku inginkan tidak setinggi Benazir Bhutto atau Indira Gandhi
masyaallah terlalu jauh aku dibanding kedua wanita luar biasa itu.

Aku hanya ingin dihargai, dalam dunia kerjaku karena kinerja dan
prestasiku, bukan karena qurotun Ainun aja. Bekerja bagiku tidak bisa di
lakukan dengan setengah, tapi kita harus menyelaminya, agar jatuh hati,
jatuh cinta, dan akhirnya jadi setia ciellla.

Bantulah membuat posisi wanita sedemikian terhormat dalam dunia kerja
dengan bekerja sungguh, penuh dedikasi, dan tanggung jawab, sekalipun
anak sakit dan ada masalah keluarga, tunjukkan bahwa kita bukan hanya
pelengkap penderita. Tapi kita punya hasil, punya kemauan, dan punya
kemampuan untuk bisa di banggakan bagi diri kita sendiri, keluarga, dan
utamanya anak-anak.

Agar mereka yang mewarisi diriku, tidak pernah malu memiliki ibu pekerja
yang tulus dan ibunda yang ikhlas. amien.

0 komentar: